This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Jumat, 05 Juni 2015

Islam sebagai Aqidah, Syariah dan Akhlak

Islam Agama Tertinggi


Pada saat sekarang ini, kita umat muslim tidak hanya mengalami perang alat, tetapi juga perang pemikiran, salah satu contohnya ialah Perang Terminologi atau Harbul Mustholahah. Perang Harbul Mustholahah ini lebih berbahaya daripada perang alat, karena bisa menyebabkan terminologi-terminologi dari ajaran Islam lenyap, seperti Aqidah, Syariah dan Akhlak.

Contohnya pada zaman sekarang ini, tanpa kita sadari kita telah meninggalkan terminologi-terminologi yang berasal dari ajaran Islam.

Istilah Aqidah sering kita sebut dengan Ideologi atau Filsafat
Istilah Syariah sering kita sebut dengan hukum dan aturan
Istilah Akhlak sering kita sebut dengan moral, budi pekerti dan mental
Bahkan kita sering mengidentikan istilah musyarawah dengan demokrasi

Hal tersebut merupakan masalah yang sangat besar dan berbahaya yang berakibat dapat terhapusnya istilah-istilah Islam.

Islam bukan sekedar membahas mengenai aturan dan hukum, tetapi juga membahas tentang Syari’ah. Islam juga bukan sekedar membicarakan tentang moral dan mental, tetapi juga membicarakan akhlak.
Al-Habib Zaid bin Smith di dalam bukunya membahas tentang hadis Jibril AS, dari hadis tersebut, para ulama mengambil kesimpulan tentang  Arkan al-Diin atau tentang rukun agama yang inti isi daripada hadis tersebut adalah malaikat Jibril bertanya kepada Nabi Muhammad saw, tentang apa yang dimaksud dengan iman, kemudian Nabi menjawab dengan rukun Iman, lalu Jibril bertanya lagi kepada Nabi tentang apa yang dimaksud dengan Islam, kemudian Nabi menjawab dengan rukun Islam, lalu Jibril bertanya lagi tentang apa itu Ihsan, kemudian Nabi menjawab bahwa Ihsan itu ialah bersikap wara’ atau manusia selalu merasa dalam pengawasan Allah SWT kapan pun dan dimana pun berada.

Perlu diketahui bahwa Iman, Islam dan Ihsan merupakan Rukun daripada agama Islam. Karena ia merupakan rukun, maka setiap muslim wajib memiliki Islam, Iman dan Ihsan, karena merupakan satu kesatuan, tidak boleh umat muslim hanya memiliki Islam dan Iman tetapi tidak memiliki Ihsan dan lain sebagainya. Masing-masing rukun tersebut memiliki perbedaan, diantaranya :





1.      Iman
Iman membicarakan tentang a’maalun ‘ittiqodiyah atau keyakinan, walaupun Nabi Muhammad menyebutkan rukun Iman itu ada enam perkara, tetapi persoalan keimanan tidak hanya enam. Misalnya saja keimanan tentang surga dan neraka, keimanan tentang hal yang ghoib seperti Jin dan setan. Walaupun tidak termasuk dalam rukun iman, tetapi tetap harus kita imani sebagai umat muslim, hanya saja rukun iman yang enam itu merupakan rukunnya keimanan yang tidak boleh ditukar dan tidak boleh ditolak.

2.      Islam
Islam membicarakan tentang a’maalun zhohiriyah, kita mengenal adanya rukun islam itu ada lima, yakni mengucapkan kalimat syahadat, sholat, puasa, zakat, dan haji merupakan pekerjaan yang melibatkan tubuh kita. Khusus rukun islam yang pertama makna syahadatnya itu masuk ke dalam amal keyakinan kita, tetapi lisan yang mengucapkan termasuk kedalam a’maalun zhohiriyah.

3.      Ihsan
Ihsan membicarakan tentang a’maalun bathiniyah/qolbiyah atau perbuatan hati yang baik dan tidak baik. Amal hati yang baik contohnya Ikhlas, Tawaddhu’, dan amal hati yang tidak baik seperti riya’ dan sebagainya

Masalah keimanan juga disebut dengan ilmu Aqidah atau ilmu Tauhid dan disebut juga dengan ilmu Ushul, bahkan disebut juga dengan ilmu kalam, mengapa disebut ilmu kalam, karena zaman dahulu banyaknya perdebatan, misalnya saja perdebatan mengenai Qur’an itu makhluk atau bukan, sehingga banyak ulama banyak memberikan ungkapan-ungkapan mengenai Qur’an jadi disebut dengan ilmu kalam. Dan kadang-kadang ilmu aqidah disebut juga dengan ilmu filsafat, meskipun kurang tepat, kadang jika kita masuk ke fakultas filsafat yang dibahas adalah soal aqidah karena mempunyai kaitan di dalam argumentasi mantiknya untuk berbicara tentang metafisika
Masalah keislaman dibahas dalam ilmu Syariah. Ilmu Syariah ini juga disebut dengan ilmu fiqh, ilmu furu’ karena permasalahan di dalam furu’ dibahas dalam ilmu fiqh. Kadang juga disebut dengan ilmu hukum islam
Masalah keihsanan dikenal dengan ilmu akhlak, ilmu Aadab. Dan kadang disebut dengan ilmu suluk, dan ilmu tasawwuf karena inti daripada ilmu tasawuf adalah akhlak. Dan juga disebut dengan ilmu thoriqoh, karena di dalam thoriqoh diajarkan masalah pembentukan akhlak
Sehingga dapat kita simpulkan bahwa Islam adalah Aqidah, Syariat dan Akhlak. Maksudnya agama islam memiliki tiga rukun agama yakni, Iman, Islam dan Ihsan, yang mana Iman dituangkan kedalam Aqidah, Islam dituangkan kedalam Syariat dan Ihsan dituangkan dalam Akhlak.


Hubungan persoalan Aqidah, Syariat dan Akhlak ?

Tanpa Aqidah, Syariat tidak akan tegak dan akhlak tidak akan mulia. Oleh sebab itu Aqidah haruslah kuat, sehingga syariat akan jalan dan akhlak yang dimiliki pasti mulia. Begitu juga sebaliknya, tanpa Syariat, aqidah tidak akan kokoh dan akhlak tidak akan mulia . Tanpa Akhlak, tidak ada aqidah yang kuat dan syariat tidak jalan, karena tidak ada seseorang yang memperjuangkan syariat tetapi akhlaknya bejat. Bicara soal akhlak, akhlak merupakan bagian daripada misi kenabian, di dalam hadis disebutkan bahwa :
إِنَّمَا بُعِثْتُ لاُتَمِّمَ مَكَارِمَ الاَخْلَاقِ
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak”
Akhlak yang mulia itu adalah orang yang mengikuti ajaran Allah, karena akhlak bukan berarti dia hanya berbicara dengan sopan santun, pakaian rapi, tetapi jika yang dibicarakan olehnya tidak etis, maka itu bukan akhlak mulia

Bagaimana hubungan Aqidah dengan Filsafat dan Ideologi ?
1.      Aqidah lebih tinggi, karena merupakan produk dari Allah, sedangkan filsafat dan ideologi adalah produk manusia
2.      Aqidah bersumber dari wahyu lihai yang suci baik dari Al-Qur’an maupun Hadits. Sedangkan filsafat dan Ideologi sumbernya dari hasil pemikiran manusia. Ideologi yang berasal dari kata ‘Ide’ yakni pendapat yang kemudian dijadikan prinsip hidup, misalnya seperti Ideologi Liberalis, Ideologi Kapitalis, Ideologi Komunis dan lain-lain
3.      Aqidah tidak dapat ditukar, sekali berpegang pada satu aqidah maka akan tetap pada aqidah tersebut. Sedangkan filsafat dan Ideologi bisa ditukar berdasarkan situasi dan kondisinya, misalnya saja Pancasila, Pancasila sudah mengalami beberapa perubahan dari sejak awalnya dibuat
4.      Aqidah memiliki akar yang kokoh, karena bersumber dari wahyu ilahi sehingga tidak mudah dicabut. Sedangkan Ideologi sangat rapuh, mudah sekali dicabut, misalnya seseorang yang berideologi komunis kemudian beradu argumen dengan orang yang berideologi liberalis, bisa saja seseorang yang berideologi komunis menjadi ideologi liberalis, dan sebaliknya
5.      Aqidah memiliki dimensi dunia dan akhirat. Sedangkan Filsafat dan Ideologi hanya memiliki dimensi dunia


Bagaimana hubungan Syariat dengan aturan dan hukum ?

1.      Syariat lebih tinggi dari aturan dan hukum, dan setiap syariat pasti berisi aturan dan hukum, tetapi aturan dan syariat belum tentu Syariat. Syariat lebih tinggi dari aturan dan hukum karena berdiri diatas Aqidah yang mana isi dari syariat itu untuk menguatkan aqidah. Sedangkan aturan dan hukum berdiri diatas filsafat dan ideologi, sehingga jika mau membuat aturan dan hukum maka harus melihat ideologi yang digunakan pada saat itu
2.      Syariat tunduk kepada hukum Allah. Sedangkan aturan dan hukum bertentangan dengan hukum Allah, aturan dan hukum berbeda-beda di setiap wilayah. Misalnya, penjualan minuman keras dilarang di negara muslim, tetapi dijual bebas di negara barat. Aturan dan hukum berdiri diatas konstitusi
3.      Syariat tidak boleh dan tidak bisa diubah, misalnya saja hal tentang zina, dari sejak awal syariat muncul hingga saat ini dan sampai kapanpun zina tetap haram. Berbeda dengan aturan dan hukum yang bertentangan dengan hukum Allah
4.      Syariat itu mencakup semua aspek
5.      Syariat memiliki dimensi dunia dan akhirat. Sedangkan aturan dan hukum hanya memiliki dimensi dunia


Bagaimana hubungan Akhlak dengan moral dan mental ?

1.      Akhlak lebih tinggi karena berasal dari islam dan berparameter jelas dan sama, misalnya sifat ikhlas diakui sebagai sifat yang baik di semua negara baik nusantara, Arab, Eropa, dan sifat sombong disebut dengan sifat yang tidak baik yang diakui oleh semua negara. Sedangkan moral dan mental bersifat universal dibahas oleh semua agama, dan berparameter berbeda dan tidak jelas, karena mengacu pada tradisi di setiap wilayah. Misalnya kumpul kebo dibilang bermoral di negara barat, tetapi dianggap tidak bermoral di Indonesia. Aliran sesat bagi liberal sah-sah saja karena dianggap bermoral, tetapi bagi kaum ahlussunnah wal jamaah dianggap tidak bermoral. Akhlak berdiri diatas Syariat dan Aqidah, dan merupakan misi kenabian. Sedangkan moral dan mental bukan misi dari kenabian, bahkan mental merupakan misi dari kaum komunis, pada saat pemilu pertama dilakukan partai PKI yang ikut serta menjadikan revolusi mental sebagai jargon PKI yang merupakan penganut paham komunis. Karl Max di dalam bukunya memperkenalkan teori revolusi mental, menurutnya jika seseorang beragama maka dia dibatasi dan dijajah oleh hukum agama sehingga jiwa dan mentalnya dibelenggu oleh agama, dan Karl Max mengajak agar kita harus membebaskan mental kita dari aturan agama. Inti dari pada teori revolusi mental yakni supaya manusia tidak beragama.


Jokowi dan Revolusi Mental


2.      Akhlak pasti menjaga moral dan mental sesuai ajaran aqidah dan syariat. Tetapi, moral dan mental belum tentu menjaga akhlak
3.      Akhlak memiliki dimensi dunia dan akhirat. Sedangkan moral dan mental hanya memiliki dimensi dunia


Kesimpulan

Semua agama bahkan Ateis sekalipun mampu berbicara dengan fasih mengenai aturan dan hukum, filsafat dan ideologi, serta moral dan mental. Tetapi mereka tidak mampu berbicara mengenai Aqidah, Syariat dan Akhlak kecuali Agama Islam. Islam adalah Aqidah, Syariat dan Akhlak sehingga Islam sangat mampu untuk menuturkan seluruh Aqidah, Syariat dan Akhlak dan juga mampu dengan fasih menguraikan filsafat dan ideologi, aturan dan hukum, moral dan mental dalam batasan Aqidah, Syariat dan Akhlak. Inilah Islam,
اَلإِسْلاَمُ يَعْلُو وَلَا يُعْلَى عَلَيْهِ
"Islam paling tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi dari Islam"



Kutipan ceramah : Al Habib Muhammad Rizieq Syihab, LC