|
Islam Agama Tertinggi |
Pada saat sekarang ini, kita umat muslim tidak hanya
mengalami perang alat, tetapi juga perang pemikiran, salah satu contohnya ialah
Perang Terminologi atau Harbul Mustholahah. Perang Harbul Mustholahah
ini lebih berbahaya daripada perang alat, karena bisa menyebabkan
terminologi-terminologi dari ajaran Islam lenyap, seperti Aqidah, Syariah dan
Akhlak.
Contohnya pada zaman sekarang ini, tanpa kita sadari kita
telah meninggalkan terminologi-terminologi yang berasal dari ajaran Islam.
Istilah Aqidah sering kita sebut
dengan Ideologi atau Filsafat
Istilah Syariah sering kita sebut
dengan hukum dan aturan
Istilah Akhlak sering kita sebut
dengan moral, budi pekerti dan mental
Bahkan kita sering mengidentikan istilah
musyarawah dengan demokrasi
Hal tersebut merupakan masalah yang sangat besar dan
berbahaya yang berakibat dapat terhapusnya istilah-istilah Islam.
Islam bukan sekedar membahas mengenai aturan dan hukum,
tetapi juga membahas tentang Syari’ah. Islam juga bukan sekedar membicarakan
tentang moral dan mental, tetapi juga membicarakan akhlak.
Al-Habib Zaid bin Smith di dalam bukunya membahas tentang
hadis Jibril AS, dari hadis tersebut, para ulama mengambil kesimpulan
tentang Arkan al-Diin atau
tentang rukun agama yang inti isi daripada hadis tersebut adalah malaikat
Jibril bertanya kepada Nabi Muhammad saw, tentang apa yang dimaksud dengan
iman, kemudian Nabi menjawab dengan rukun Iman, lalu Jibril bertanya lagi
kepada Nabi tentang apa yang dimaksud dengan Islam, kemudian Nabi menjawab
dengan rukun Islam, lalu Jibril bertanya lagi tentang apa itu Ihsan, kemudian
Nabi menjawab bahwa Ihsan itu ialah bersikap wara’ atau manusia selalu merasa
dalam pengawasan Allah SWT kapan pun dan dimana pun berada.
Perlu diketahui bahwa Iman, Islam dan Ihsan merupakan Rukun
daripada agama Islam. Karena ia merupakan rukun, maka setiap muslim wajib
memiliki Islam, Iman dan Ihsan, karena merupakan satu kesatuan, tidak boleh
umat muslim hanya memiliki Islam dan Iman tetapi tidak memiliki Ihsan dan lain
sebagainya. Masing-masing rukun tersebut memiliki perbedaan, diantaranya :
1.
Iman
Iman membicarakan tentang a’maalun
‘ittiqodiyah atau keyakinan, walaupun Nabi Muhammad menyebutkan rukun Iman
itu ada enam perkara, tetapi persoalan keimanan tidak hanya enam. Misalnya saja
keimanan tentang surga dan neraka, keimanan tentang hal yang ghoib
seperti Jin dan setan. Walaupun tidak termasuk dalam rukun iman, tetapi tetap
harus kita imani sebagai umat muslim, hanya saja rukun iman yang enam itu
merupakan rukunnya keimanan yang tidak boleh ditukar dan tidak boleh ditolak.
2.
Islam
Islam membicarakan tentang a’maalun
zhohiriyah, kita mengenal adanya rukun islam itu ada lima, yakni
mengucapkan kalimat syahadat, sholat, puasa, zakat, dan haji merupakan
pekerjaan yang melibatkan tubuh kita. Khusus rukun islam yang pertama makna
syahadatnya itu masuk ke dalam amal keyakinan kita, tetapi lisan yang
mengucapkan termasuk kedalam a’maalun zhohiriyah.
3.
Ihsan
Ihsan membicarakan tentang a’maalun
bathiniyah/qolbiyah atau perbuatan hati yang baik dan tidak baik. Amal hati
yang baik contohnya Ikhlas, Tawaddhu’, dan amal hati yang tidak baik
seperti riya’ dan sebagainya
Masalah keimanan juga disebut dengan ilmu Aqidah atau ilmu
Tauhid dan disebut juga dengan ilmu Ushul, bahkan disebut juga dengan
ilmu kalam, mengapa disebut ilmu kalam, karena zaman dahulu banyaknya
perdebatan, misalnya saja perdebatan mengenai Qur’an itu makhluk atau bukan,
sehingga banyak ulama banyak memberikan ungkapan-ungkapan mengenai Qur’an jadi
disebut dengan ilmu kalam. Dan kadang-kadang ilmu aqidah disebut juga dengan
ilmu filsafat, meskipun kurang tepat, kadang jika kita masuk ke fakultas
filsafat yang dibahas adalah soal aqidah karena mempunyai kaitan di dalam
argumentasi mantiknya untuk berbicara tentang metafisika
Masalah keislaman dibahas dalam ilmu Syariah. Ilmu Syariah
ini juga disebut dengan ilmu fiqh, ilmu furu’ karena permasalahan di
dalam furu’ dibahas dalam ilmu fiqh. Kadang juga disebut dengan ilmu
hukum islam
Masalah keihsanan dikenal dengan ilmu akhlak, ilmu Aadab. Dan
kadang disebut dengan ilmu suluk, dan ilmu tasawwuf karena inti daripada
ilmu tasawuf adalah akhlak. Dan juga disebut dengan ilmu thoriqoh,
karena di dalam thoriqoh diajarkan masalah pembentukan akhlak
Sehingga dapat kita simpulkan bahwa Islam adalah Aqidah,
Syariat dan Akhlak. Maksudnya agama islam memiliki tiga rukun agama yakni, Iman,
Islam dan Ihsan, yang mana Iman dituangkan kedalam Aqidah, Islam dituangkan
kedalam Syariat dan Ihsan dituangkan dalam Akhlak.
Hubungan persoalan Aqidah, Syariat dan Akhlak ?
Tanpa Aqidah, Syariat tidak akan tegak dan akhlak tidak akan
mulia. Oleh sebab itu Aqidah haruslah kuat, sehingga syariat akan jalan dan
akhlak yang dimiliki pasti mulia. Begitu juga sebaliknya, tanpa Syariat, aqidah
tidak akan kokoh dan akhlak tidak akan mulia . Tanpa Akhlak, tidak ada aqidah
yang kuat dan syariat tidak jalan, karena tidak ada seseorang yang
memperjuangkan syariat tetapi akhlaknya bejat. Bicara soal akhlak, akhlak
merupakan bagian daripada misi kenabian, di dalam hadis disebutkan bahwa :
إِنَّمَا بُعِثْتُ لاُتَمِّمَ مَكَارِمَ الاَخْلَاقِ
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak”
Akhlak yang mulia itu adalah orang yang mengikuti ajaran
Allah, karena akhlak bukan berarti dia hanya berbicara dengan sopan santun,
pakaian rapi, tetapi jika yang dibicarakan olehnya tidak etis, maka itu bukan
akhlak mulia
Bagaimana hubungan Aqidah dengan Filsafat dan Ideologi ?
1.
Aqidah lebih tinggi, karena merupakan produk dari
Allah, sedangkan filsafat dan ideologi adalah produk manusia
2.
Aqidah bersumber dari wahyu lihai yang suci baik dari
Al-Qur’an maupun Hadits. Sedangkan filsafat dan Ideologi sumbernya dari hasil
pemikiran manusia. Ideologi yang berasal dari kata ‘Ide’ yakni pendapat yang
kemudian dijadikan prinsip hidup, misalnya seperti Ideologi Liberalis, Ideologi
Kapitalis, Ideologi Komunis dan lain-lain
3.
Aqidah tidak dapat ditukar, sekali berpegang pada satu
aqidah maka akan tetap pada aqidah tersebut. Sedangkan filsafat dan Ideologi
bisa ditukar berdasarkan situasi dan kondisinya, misalnya saja Pancasila,
Pancasila sudah mengalami beberapa perubahan dari sejak awalnya dibuat
4.
Aqidah memiliki akar yang kokoh, karena bersumber dari
wahyu ilahi sehingga tidak mudah dicabut. Sedangkan Ideologi sangat rapuh,
mudah sekali dicabut, misalnya seseorang yang berideologi komunis kemudian
beradu argumen dengan orang yang berideologi liberalis, bisa saja seseorang
yang berideologi komunis menjadi ideologi liberalis, dan sebaliknya
5.
Aqidah memiliki dimensi dunia dan akhirat. Sedangkan
Filsafat dan Ideologi hanya memiliki dimensi dunia
Bagaimana hubungan Syariat dengan aturan dan hukum ?
1.
Syariat lebih tinggi dari aturan dan hukum, dan setiap
syariat pasti berisi aturan dan hukum, tetapi aturan dan syariat belum tentu
Syariat. Syariat lebih tinggi dari aturan dan hukum karena berdiri diatas Aqidah
yang mana isi dari syariat itu untuk menguatkan aqidah. Sedangkan aturan dan
hukum berdiri diatas filsafat dan ideologi, sehingga jika mau membuat aturan
dan hukum maka harus melihat ideologi yang digunakan pada saat itu
2.
Syariat tunduk kepada hukum Allah. Sedangkan aturan
dan hukum bertentangan dengan hukum Allah, aturan dan hukum berbeda-beda di
setiap wilayah. Misalnya, penjualan minuman keras dilarang di negara muslim,
tetapi dijual bebas di negara barat. Aturan dan hukum berdiri diatas konstitusi
3.
Syariat tidak boleh dan tidak bisa diubah, misalnya
saja hal tentang zina, dari sejak awal syariat muncul hingga saat ini dan
sampai kapanpun zina tetap haram. Berbeda dengan aturan dan hukum yang
bertentangan dengan hukum Allah
4.
Syariat itu mencakup semua aspek
5.
Syariat memiliki dimensi dunia dan akhirat. Sedangkan
aturan dan hukum hanya memiliki dimensi dunia
Bagaimana hubungan Akhlak dengan moral dan mental ?
1.
Akhlak lebih tinggi karena berasal dari islam dan
berparameter jelas dan sama, misalnya sifat ikhlas diakui sebagai sifat yang
baik di semua negara baik nusantara, Arab, Eropa, dan sifat sombong disebut
dengan sifat yang tidak baik yang diakui oleh semua negara. Sedangkan moral dan
mental bersifat universal dibahas oleh semua agama, dan berparameter berbeda
dan tidak jelas, karena mengacu pada tradisi di setiap wilayah. Misalnya kumpul
kebo dibilang bermoral di negara barat, tetapi dianggap tidak bermoral di
Indonesia. Aliran sesat bagi liberal sah-sah saja karena dianggap bermoral,
tetapi bagi kaum ahlussunnah wal jamaah dianggap tidak bermoral. Akhlak berdiri
diatas Syariat dan Aqidah, dan merupakan misi kenabian. Sedangkan moral dan
mental bukan misi dari kenabian, bahkan mental merupakan misi dari kaum komunis,
pada saat pemilu pertama dilakukan partai PKI yang ikut serta menjadikan
revolusi mental sebagai jargon PKI yang merupakan penganut paham komunis. Karl
Max di dalam bukunya memperkenalkan teori revolusi mental, menurutnya jika
seseorang beragama maka dia dibatasi dan dijajah oleh hukum agama sehingga jiwa
dan mentalnya dibelenggu oleh agama, dan Karl Max mengajak agar kita harus
membebaskan mental kita dari aturan agama. Inti dari pada teori revolusi mental
yakni supaya manusia tidak beragama.
2.
Akhlak pasti menjaga moral dan mental sesuai ajaran
aqidah dan syariat. Tetapi, moral dan mental belum tentu menjaga akhlak
3.
Akhlak memiliki dimensi dunia dan akhirat. Sedangkan
moral dan mental hanya memiliki dimensi dunia
Kesimpulan
Semua agama bahkan Ateis sekalipun mampu berbicara dengan
fasih mengenai aturan dan hukum, filsafat dan ideologi, serta moral dan mental.
Tetapi mereka tidak mampu berbicara mengenai Aqidah, Syariat dan Akhlak kecuali
Agama Islam. Islam adalah Aqidah, Syariat dan Akhlak sehingga Islam sangat
mampu untuk menuturkan seluruh Aqidah, Syariat dan Akhlak dan juga mampu dengan
fasih menguraikan filsafat dan ideologi, aturan dan hukum, moral dan mental
dalam batasan Aqidah, Syariat dan Akhlak. Inilah Islam,
اَلإِسْلاَمُ يَعْلُو وَلَا يُعْلَى عَلَيْهِ
"Islam
paling tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi dari Islam"
Kutipan
ceramah : Al Habib Muhammad Rizieq Syihab, LC